http://poj.org/problemlist
ilmuBiner
Belajar Ilmu Komputer : Programming, Database, Aplikasi Secara Mandiri
Senin, 14 November 2022
Kamis, 29 September 2022
Daftar Kamus Bahasa Inggris Online
Berikut ini daftar kamus Inggris - Inggris online
Berikut daftar kamus Indonesia - Inggris atau Inggris Indonesia online dan bahasa-bahasa lain
Jumat, 20 September 2019
Sabtu, 24 Agustus 2019
Soal-Soal Algoritma & Pemrograman Fungsi Rekursif
Buatlah program untuk masing-masing soal berikut ini, dengan menggunakan fungsi rekursif
- Buat program yang mengandung fungsi untuk menghitung perkalian. Nama fungsi : kali(a, b). Input : a dan b. a dan b bilangan bulat. Outputnya adalah hasil perkalian a dengan b.
- Buat program yang mengandung fungsi untuk menghitung faktorial. Nama fungsi : faktorial(n). Input : n. n adalah bilangan bulat positif. Outputnya adalah hasil dari fakrotial n.
- Buat program yang mengandung fungsi untuk menghitung permutasi. Nama fungsi : permutasi(a, b). Input : a dan b. a dan b adalah bilangan bulat positif. Outputnya adalah hasil dari permutasi a dan b.
- Buat program yang mengandung fungsi untuk menghitung kombinasi. Nama fungsi : kombinasi(a, b). Input : a dan b. a dan b adalah bilangan bulat positif. Outputnya adalah hasil dari kombinasi dan b.
- Buatlah program untuk mencari berapa angka ke-n dari deret Fibonacci. Nama fungsi : fibonacci(n). Input : n. n adalah urutan angka / no. urut / suku ke-n, yang ada dalam deret Fibonacci. Output : angka dari dalam deret Fibonacci sesuai dengan urutan yang diinput.
Kamis, 18 Juli 2019
Jurnal Penelitian : Perekaman Jumlah Langkah Harian Menggunakan Perangkat Yang Dikenakan Dan/Atau Ponsel Pintar
S. Rudi Hartanto
Wandy
ABSTRAK Perangkat yang Dikenakan (Wearable Device) lekat
penggunaannya dengan Ponsel Pintar (Smartphone). Keduanya memiliki fitur
merekam jumlah langkah. Dirasa perlu mencatat jumlah langkah beserta teknologi
guna mendapatkan informasi berapa banyak jumlah langkah yang direkam harian
sebagai inisiatif untuk hidup lebih sehat.
Kata Kunci: Perangkat yang
Dikenakan, Ponsel Pintar, Aplikasi berbasis Ponsel, Langkah.
ABSTRACT Wearable Device and
Smartphone are closely related to each other. Both are having feature to record
number of foot steps. It is necessary to record these steps with technologies
to earn information how many steps recorded on daily basis as an initiative to
live healtier.
Silahkan unduh di : http://ejournal.urindo.ac.id/index.php/TI/article/view/327/339
Selasa, 12 Februari 2019
Soal Microsoft Access
- Apa yang dimaksud dengan database?
- Apa yang dimaksud dengan tabel?
- Apa yang dimaksud dengan struktur tabel?
- Apa yang dimaksud dengan tipe data?
- Sebutkan hirarki data dari yang terkecil!
- Apakah data itu?
- samakah data dengan informasi? Jelaskan!
- Apa yang dimaksud dengan field?
- Apa yang dimaksud dengan record?
- Jelaskan perbedaan Design View dengan Sheet View!
- Apa yang dimaksud dengan field properties?
- Sebutkan tipe-tipe data yang ada di Microsoft Access!
- Jelaskan tipe-tipe data dari hasil jawaban no. 9!
- Sebutkan tipe-tipe data numerik / bilangan beserta jangkauannya (minimum - maksimum)!
- Tentukan tipe data yang TEPAT dari sebuah field pada tabel untuk menyimpan data
- Tanggal lahir.
- Tinggi badan.
- Jenis kelamin atau gender.
- No. Telepon Seluler (HP)
- File .jpg (foto)
- Apa kegunaan kolom Description pada saat kita menyusun struktur tabel?
Soal Microsoft Excel Tentang Rumus atau Formula
- Apakah rumus atau formula itu?
- Apakah yang dihasilkan sebuah rumus?
- Simbol apakah yang harus ditulis di awal rumus?
- Di mana saja rumus bisa ditulis / diketik?
- Sebutkan jenis-jenis operator yang digunakan pada rumus!
- Tuliskan simbol-simbol tiap jenis operator dan tuliskan juga kegunaan dari masing-masing simbol operator!
- Apakah hasil dari operator perbandingan?
- Buatlah rumus untuk ekspresi-ekspresi berikut ini :
- 2 + 3 x 4
- 2 + 3 x 4 + 3 x 2
- (2 + 3) x 4
- 2 + (3 x 4)
- (2 + 3) x 4 + (3 x 2)
- 22 + 3 : 2
- 10 : 2 + 4 x 2
- 10 + 2 : 4 - 2
- 5 - 2 x 2 : 2
- 23 : 3 - (2 x 3)
- Dari soal no. 8, hitunglah hasil-hasilnya dengan cara manual (boleh menggunakan kalkulator)!
- Apakah fungsi itu?
- Ada berapa banyakkah fungsi di Microsof Excel?
- Apa kaitannya fungsi dengan rumus?
- Apakah hasil dari sebuh fungsi?
- Sebutkan kelompok-kelompok fungsi!
- Sebutkan minimal 3 fungsi yang termasuk dari kelompok-kelompok yang disebutkan pada jawaban soal no. 14!
Selamat mengerjakan!
Sabtu, 05 Januari 2019
Selasa, 18 Desember 2018
Tugas DW & DM
Lakukan proses ETL dari database nwind.mdb (Ms-Access. File dapat diunduh di blog ini, di Bacaan) dan database northwind di MySQL yang digunakan dalam mata kuliah SMBD.
Daftar tabel yang diambil datanya dari nwind.mdb adalah :
- Categories
- Customers
- Employees
- Oreder Details
- Orders
- Products
- Shippers
- Suppliers
Dari file Excel, masing-masing sheet diekspor menjadi file CSV (Comma Separated Values). Sehingga jadi 8 file CSV.
Buatlah database baru di MySQL bernama northwindBaru, lalu isi database tersebut dengan data dari 8 file CSV yang ada.
lalu buatlah view di dalam database northwindBaru untuk :
- Menampilkan jumlah order per kwartal.
- Menampilkan sub-total tiap order.
- Menampilkan banyaknya penjualan per kategori produk.
- Menampilkan jumlah order per tahun.
Tugas ini dikerjakan secara kelompok. Tiap kelompok terdiri dari 2 orang.
Selamat mengerjakan!
Tugas Animasi & Pemodelan 3D 18-Des-2018
Tugas dikerjakan secara kelompok yang terdiri dari 2 orang. Hasil pengerjaan tugas dikumpulkan paling lambat jam 13:00 WIB tanggal 18-Des-2018 (lewat dari jam 13:00 WIB tidak akan dinilai). Hasil pengerjaan tugas dikirim via e-mail ke tugasilmubiner@gmail.com.
Tugas :
Kerjakan tutorial yang terdapat pada http://ilmubiner.blogspot.com/p/bacaan.html :
Selamat mengerjakan!
Tugas :
Kerjakan tutorial yang terdapat pada http://ilmubiner.blogspot.com/p/bacaan.html :
- Pencahayaan : Tutorial Membuat Caustic 3DS Max 7
- Pencahayaan : Tutorial Radiosity (english)
Selamat mengerjakan!
Minggu, 23 September 2018
Data Latihan Pivot
04-Jan-12
|
Bejo
|
Onde-onde
|
5562
|
04-Jan-12
|
Bejo
|
Bakpia
|
3531
|
04-Jan-12
|
Didi
|
Pisang Goreng
|
6423
|
05-Jan-12
|
Bejo
|
Cakwe
|
6423
|
05-Jan-12
|
Bejo
|
Onde-onde
|
6643
|
05-Jan-12
|
Didi
|
Cakwe
|
1231
|
05-Jan-12
|
Jono
|
Bakpia
|
4421
|
05-Jan-12
|
Jono
|
Pisang Goreng
|
1211
|
05-Jan-12
|
Jono
|
Cakwe
|
3423
|
05-Jan-12
|
Wati
|
Pisang Goreng
|
1442
|
05-Jan-12
|
Wati
|
Onde-onde
|
1253
|
06-Jan-12
|
Didi
|
Cakwe
|
7345
|
06-Jan-12
|
Jono
|
Cakwe
|
3432
|
06-Jan-12
|
Bejo
|
Pisang Goreng
|
976
|
06-Jan-12
|
Bejo
|
Cakwe
|
6452
|
06-Jan-12
|
Bejo
|
Onde-onde
|
7534
|
01-Feb-12
|
Jono
|
Onde-onde
|
2342
|
01-Feb-12
|
Didi
|
Cakwe
|
2312
|
01-Feb-12
|
Wati
|
Bakpia
|
6534
|
02-Feb-12
|
Bejo
|
Bakpia
|
1111
|
02-Feb-12
|
Bejo
|
Onde-onde
|
4312
|
02-Feb-12
|
Bejo
|
Pisang Goreng
|
547
|
02-Feb-12
|
Wati
|
Onde-onde
|
7654
|
02-Feb-12
|
Wati
|
Bakpia
|
9756
|
02-Feb-12
|
Didi
|
Pisang Goreng
|
1322
|
Selasa, 20 Maret 2018
Manajemen Bencana Berbasis Teknologi Informasi
Mohon maaf, artikel kali ini memang tidak terkait secara langsung dengan dunia TI (Teknologi Informasi). Namun artikel ini adalah "catatan" dan hasil pencarian di dunia maya. Yang saya simpan dulu dan nantinya akan digunakan untuk mengembangkan aplikasi peta gempa dan peta bencana.
Pusat Penanggulangan Krisis (SETJEN – DEPKES)
Di-copas tanpa ijin dari https://maysandi.blogspot.co.id/2012/04/manajemen-bencanamanajemen-bencana.html (mohon maaf)
MANAJEMEN BENCANA
Manajemen bencana adalah suatu proses
dinamis, berlanjut dan terpadu untuk meningkatkan kualitas langkah-langkah yang
berhubungan dengan observasi dan analisis bencana serta pencegahan, mitigasi,
kesiapsiagaan, peringatan dini, penanganan darurat, rehabilitasi dan
rekonstruksi bencana. (UU 24/2007).
Manajemen
bencana menurut (University of Wisconsin) sebagai
serangkaian kegiatan yang didesain untuk mengendalikan situasi bencana dan
darurat dan untuk mempersiapkan kerangka untuk membantu orang yang renta
bencana untuk menghindari atau mengatasi dampak bencana tersebut
Manajemen bencana menurut (Universitas British Columbia) ialah
proses pembentukan atau penetapan tujuan bersama dan nilai bersama (common
value) untuk mendorong pihak-pihak yang terlibat (partisipan) untuk menyusun
rencana dan menghadapi baik bencana potensial maupun akual.
Secara umum, manajemen bencana bertujuan
untuk :
Ø
Mencegah dan membatasi jumlah korban manusia serta kerusakan harta
benda dan lingkungan hidup
Ø
Menghilangkan kesengsaraan dan kesulitan dalam kehidupan dan
penghidupan korban
Ø
Mengembalikan korban bencana dari daerah penampungan/ pengungsian
ke daerah asal bila memungkinkan atau merelokasi ke daerah baru yang layak huni
dan aman.
Ø
Mengembalikan fungsi fasilitas umum utama, seperti komunikasi/
transportasi, air minum, listrik, dan telepon, termasuk mengembalikan kehidupan
ekonomi dan sosial daerah yang terkena bencana.
Ø
Mengurangi kerusakan dan kerugian lebih lanjut.
Ø
Meletakkan dasar-dasar yang diperlukan guna pelaksanaan kegiatan
rehabilitasi dan rekonstruksi dalam konteks pembangunan
Adapula tujuan lainya adalah
sebgai berikut:
1.
Menghindari kerugian pada individu, masyarakat dan Negara
melalui tindakan dini. Tindakan ini merupakan pencegahan, tindakan ini efektif
sebelum bencana itu terjadi.Tindakan penghindaran biasanya dikaitkan dengan
beberapa upaya. Pertama penghilangan kemungkinan sebab. Kalau bencana itu bisa
disebabkan oleh kesalahan manusia, tindakan penghilangan sebab tentunya bisa
dilakukan. Tentunya hal ini akan sulit bila penyebabnya adalah alam yang
memiliki energi di luar kemampuan manusia untuk melakukannya. Pergeseran
lempeng bumi yang menyebabkan gempa bumi tektonik, misalnya, merupakan sebab
yang sampai saat ini belum diatasi manusia. Oleh karena itu tindakan
penghindaran bencana alam lebih diarahkan pada menghilangkan, atau mengurangi
kondisi yang dapat menimbulkan bencana. Kondisi dimaksud dalah struktur
bangunan yang sesuai untuk kondisi gempa yang dapat bangunan tahan terhadap
goncangan, sehingga dapat menghidari kerugian fisik, ekonomi, dan lingkungan.
2.
Meminimalisasi kerugian pada individu, masyarakat dan Negara
berupa kerugian yang berkaitan dengan orang, fisik, ekonomi, dan lingkungan
bila bencana tersebut terjadi, serta efektif bila bencana itu telah terjadi.
Tetapi perlu diingat, piranti tindakan meminimalisasi kerugian itu telah dilakukan
jauh sebelum bencana itu terjadi. Contoh bencana alam dengan cepat akan
menimbulkan masalah pada kesehatan akibat luka parah, bahkan meninggal, maka
tindakan minimalisasi yang harus dilakukan sejak dini adalah penyebaran
pusat-pusat medis ke berbagai wilayah, paling tidak sampai tingkat kecamatan.
3.
Meminimalisasi penderitaan yang ditanggung oleh individu dan
masyarakat yang terkena bencana. Ada
juga yang menyebut tindakan ini sebagai pengentasan. Tujuan utamanya adalah
membantu individu dan masyarakat yang terkena bencana supaya dapat bertahan
hidup dengan cara melepaskan penderitaan yang langsung dialami. Bantuan tenda,
pembangunan kembali perumahan yang hancur, memberi subsidi, termasuk kedalam
kategori ini. Pemberian pemulihan kondisi psikis individu dan masyarakat yang
terkena bencana juga perlu karena bertujuan untuk mengembalikan optimisme dan
kepercayaan diri.
4.
Untuk memperbaiki kondisi sehingga indivudu dan masyarakat
dapat mengatasi permasalahan akibat bencana. Perbaikan kondisi terutama
diarahkan kepada perbaikan infrastruktur seperti jalan, jembatan, listrik,
penyedian air bersih, sarana komunikasi, dan sebagainya.
Mekanisme manajemen bencana terdiri dari :
1.
Mekanisme internal atau informal, yaitu unsur-unsur
masyarakat di lokasi bencana yang secara umum melaksanakan fungsi pertama dan
utama dalam manajemen bencana dan kerapkali disebut mekanisme manajemen bencana
alamiah, terdiri dari keluarga, organisasi sosial informal (pengajian,
pelayanan kematian, kegiatan kegotong royongan, arisan dan sebagainya) serta
masyarakat lokal.
2.
Mekanisme eksternal atau formal, yaitu organisasi yang
sengaja dibentuk untuk tujuan manajemen bencana, contoh untuk Indonesia adalah BAKORNAS PB,
SATKORLAK PB dan SATLAK PB.
Secara umum
manajemen bencana dan keadaan darurat adalah tahapan
pra-bencana, saat bencana, dan pasca-bencana. Untuk daerah-daerah yang kerap
tertimpa bencana entah itu yang dibuat manusia (banjir, longsor, luapan lumpur,
dll.) ataupun yang tak terduga secara awam (gempa tektonik, vulkanik, angin
puting beliung, dll.), sebaiknya menerapkan tahapan-tahapan kerja yang lebih
mendetail. Setiap tahapan itu adalah sebagai berikut:
1. Riset: pelajari fenomena alam
yang akan terjadi secara umum atau khusus di satu daerah. Kontur tanah hingga
letak geografis suatu daerah menjadi pengaruh utama penanganan ke depan. Jika
yang terjadi adalah peristiwa kebakaran hutan, riset tentang lokasi dan
pendataan masyarakat di dalam ataupun sekitar hutan mengawali paket penanganan
bencana. Jika kebakaran seperti terjadi di beberapa pasar, tentulah pendataan
kelayakan pasar tersebut akan membantu akar permasalahan bencana kebakaran
tersebut.
2. Analisis Kerawanan dan Kajian
Risiko (Vulnerabilities Analysis and Risk Assessment): ada beberapa
variabel yang bisa menyebabkan bencana ataupun keadaan darurat terjadi di satu
daerah. Matriks atas variabel ini patut didaftar untuk kemudian dikaji risiko
atau dampaknya jika satu variabel atau paduan beberapa variabel terjadi.
3. Sosialisasi dan Kesiapan
Masyarakat: pengetahuan atas fenomena alam hingga tindakan
antisipatif setiap anggota masyarakat menjadi suatu hal mutlak dilakukan oleh
Pemerintah ataupun kalangan akademisi yang telah melakukan kajian-kajian dan
pemantauan atas fenomena alam di daerahnya.
4. Mitigasi atau persiapan mendekati
terjadinya bencana atau keadaan darurat. Persiapan menghadapi banjir di komplek
perumahan saya, misalnya, dilakukan dengan membersihkan saluran got dan
membangun daerah-daerah penyerapan air ke tanah. Setiap minggu ada pemuda
Karang Taruna berkeliling meneriakkan “3M”.
5. Warning atau peringatan bencana: di saat hari ini Gunung
Kelud sudah “batuk” cukup parah, sosialisasi bahaya letusan yang lebih besar
selayaknya juga dilakukan tak hanya dengan upaya persuasif. Tindakan memaksa
selayaknya juga diterapkan, tentu ada sosialisasi tindakan ini harus diambil,
jauh sebelum bencana ini terdeteksi. Teriakan melalui pengeras suara masjid
ataupun kentongan hingga SMS Blast ke setiap pemilik telepon selular di daerah
tersebut bisa menjadi alternatif peringatan bagi warga masyarakat.
6. Tindakan Penyelamatan: jika yang terjadi adalah
angin puting beliung, tentulah tempat paling aman berada di bawah tanah dengan
kedalaman dan persiapan logistik yang memadai. Jika yang terjadi adalah banjir,
penyelamatan barang pribadi ke tempat lebih tinggi menjadi kewajiban selain
logistik dan perahu karet jika diperlukan.
7. Komunikasi: faktor komunikasi tetap
harus terjaga, yang bisa dilakukan dengan sistem telepon satelit (lihat
www.psn.co.id untuk alat komunikasi langsung ke satelit), agar bala-bantuan hingga
kepastian keadaan sesaat setelah terjadi bencana bisa terdeteksi dari Jakarta ataupun pusat
pemerintah provinsi.
8. Penanganan Darurat: jika ada anggota
masyarakat yang memerlukan perawatan medis ataupun ada anggota masyarakat yang
dinyatakan hilang, kesiapan regu penyelamat harus terkoordinasi dengan baik.
9. Keberlangsungan
Penanganan: jika banjir tidak surut dalam waktu satu-dua
hari ataupun lokasi bencana tak memiliki jalur transportasi yang memadai, upaya
yang berkelanjutan adalah kewajiban pemerintah daerah ataupun pusat dengan
selalu berkoordinasi di lapangan.
10.
Upaya Perbaikan: tahapan pasca-bencana
ataupun pasca-keadaan darurat adalah “proses pengobatan” yang memakan waktu
lama. Jika peristiwa Tsunami Aceh memakan korban jiwa dan harta yang sangat besar,
merancang perbaikan harus dilakukan secara seksama mengingat biaya yang besar
yang dikumpulkan dari masyarakat, bahkan masyarakat internasional. Jika
peristiwa banjir yang tiap tahun melanda pinggiran Kali Ciliwung, tentunya
lebih baik dilakukan tindakan antisipatif yang lebih komprehensif dalam
kerangka perbaikan di masa mendatang.
11.
Pelatihan dan Pendidikan: untuk mendapatkan
hasil terbaik untuk mengantisipasi hingga mengupayakan perbaika pasca-bencana,
setiap daerah harus memiliki petugas-petugas yang cakap dan berpengetahuan.
Untuk itu diperlukan pendidikan dan pelatihan yang selalu sejalan dengan
penemuan teknologi penanganan bencana termutakhir.
12.
Simulasi: setelah memiliki petugas yang cakap dan
berpengetahuan, setiap daerah harus melaksanakan simulasi penanganan bencana
atapun keadaan darurat agar setiap anggota masyarakat bisa mengantisipasi
hingga menyelamatkan diri dan anggota keluarganya , sehingga beban daerah
ataupun kerugian pribadi dapat diminimalisasi.
Berbicara manajemen bencana kita harus tahu juga mengenai apa itu
bencana?
Bencana
adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam
dan/atau non-alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban
jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis
(UU 24/2007)
Bencana dibagi menjadi
3: alam, nonalam dana social
Sedikit membahas tentang
bencana kita akan mmbahas tentang resiko, ini berawal dari kerentanan yang
nantinya menjadi resiko bencana dan ada pemicu sehingga menjadi bencana.bisa
dikatakan ini kondisi bahaya (hazard)
•
Faktornya Geologi
–
Gempabumi, tsunami, longsor, gerakan tanah
•
Hidro-meteorologi
–
Banjir, topan, banjir bandang,kekeringan
•
Teknologi
–
Kecelakaan transportasi, industri
•
Lingkungan
–
Kebakaran,kebakaran hutan, penggundulan hutan.
•
Sosial
–
Konflik, terrorisme
•
Biologi
–
Epidemi, penyakit tanaman, hewan
Dan
bagaimana penangananya?
Dibagi menjadi 3 periode
menurut data diatas:
- Pra Bencana : pencegahan lebih difokuskan, kesiapsiagaan berlevel medium
- Bencana : pada saat kejadian / krisis tanggap darurat menjadi kegiataan terpenting
- Pasca Bencana : pemulihan dan reconstruksi menjadi proses terpenting setelah bencana
Kegiatan-kegiatan manajemen bencana :
·
Pencegahan
(prevention)
·
Mitigasi
(mitigation)
·
Kesiapan
(preparedness)
·
Peringatan
Dini (early warning)
·
Tanggap
Darurat (response)
·
Bantuan
Darurat (relief)
·
Pemulihan
(recovery)
·
Rehablitasi
(rehabilitation)
·
Rekonstruksi
(reconstruction)
Pencegahan (prevention)
- Upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya bencana (jika mungkin dengan meniadakan bahaya).
Misalnya
:
- Melarang
pembakaran hutan dalam perladangan
- Melarang penambangan batu di daerah
yang curam
- Melarang membuang sampah sembarangan
Mitigasi Bencana (Mitigation)
- Serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana (UU 24/2007) atau upaya yang dilakukan untuk meminimalkan dampak yang ditimbulkan oleh bencana.
Bentuk mitigasi :
•
Mitigasi struktural (membuat chekdam, bendungan, tanggul sungai, rumah
tahan gempa, dll.)
•
Mitigasi non-struktural (peraturan perundang-undangan, pelatihan, dll.)
Kesiapsiagaan (Preparedness)
- Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna (UU 24/2007)
Misalnya: Penyiapan sarana komunikasi,
pos komando, penyiapan lokasi evakuasi, Rencana Kontinjensi, dan sosialisasi
peraturan / pedoman penanggulangan bencana.
Peringatan Dini (Early Warning)
- Serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang (UU 24/2007) atau Upaya untuk memberikan tanda peringatan bahwa bencana kemungkinan akan segera terjadi.
Pemberian peringatan dini harus :
•
Menjangkau
masyarakat (accesible)
•
Segera
(immediate)
•
Tegas tidak
membingungkan (coherent)
•
Bersifat
resmi (official)
Tanggap Darurat (response)
·
Upaya yang
dilakukan segera pada saat kejadian bencana, untuk menanggulangi dampak yang
ditimbulkan, terutama berupa penyelamatan korban dan harta benda, evakuasi dan
pengungsian
Bantuan Darurat (relief)
- Merupakan upaya untuk memberikan bantuan berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dasar berupa :
- Pangan
- Sandang
- Tempat tinggal sementara
- kesehatan, sanitasi dan air bersih
Pemulihan (recovery)
•
Proses pemulihan darurat kondisi masyarakat
yang terkena bencana, dengan memfungsikan kembali prasarana dan sarana pada
keadaan semula.
•
Upaya yang dilakukan adalah memperbaiki
prasarana dan pelayanan dasar (jalan, listrik, air bersih, pasar puskesmas,
dll).
Rehabilitasi (rehabilitation)
- Upaya langkah yang diambil setelah kejadian bencana untuk membantu masyarakat memperbaiki rumahnya, fasilitas umum dan fasilitas sosial penting, dan menghidupkan kembali roda perekonomian.
Rekonstruksi (reconstruction)
- Program jangka menengah dan jangka panjang guna perbaikan fisik, sosial dan ekonomi untuk mengembalikan kehidupan masyarakat pada kondisi yang sama atau lebih baik dari sebelumnya.
Dengan
melihat manajemen bencana sebagai sebuah kepentingan masyarakat kita berharap
berkurangnya korban nyawa dan kerugian harta benda. Dan yang terpenting dari
manajemen bencana ini adalah adanya suatu langkah konkrit dalam mengendalikan
bencana sehingga korban yang tidak kita harapan dapat terselamatkan dengan
cepat dan tepat dan upaya untuk pemulihan pasca bencana dapat dilakukan dengan
secepatnya.
Pengendalian itu dimulai dengan
membangun kesadaran kritis masyarakat dan pemerintah atas masalah bencana alam,
menciptakan proses perbaikan total atas pengelolaan bencana, penegasan untuk
lahirnya kebijakan lokal yang bertumpu pada kearifan lokal yang berbentuk
peraturan nagari dan peraturan daerah atas menejemen bencana. Yang tak kalah
pentingnya dalam manajemen bencana ini adalah sosialisasi kehatian-hatian
terutama pada daerah rawan bencana.
-------------------------hal baru---------------------------
MANAJEMEN BENCANA
BERBASIS MASYARAKAT
Konsep dasar manajemen bencana berbasis masyarakat
adalah upaya meningkatkan kapasitas masyarakat atau mengurangi kerentanan
masyarakat. Besaran bencana merupakan akumulasi berbagai ancaman bahaya dengan
rangkaian kerentanan yang ada di masyarakat. Rangkaian kerentanan ini antara
lain terdiri dari kemiskinan, kurangnya kewaspadaan, kondisi alam yang
sensitif, ketidak-berdayaan, dan berbagai tekanan dinamis lainnya. Kerentanan
satu kelompok masyarakat dengan kelompok masyarakat yang lain berbeda akar
masalahnya, demikian pula ancaman bahayanya pun berbeda-beda jenisnya.
Berbagai jenis ancaman bahaya, berdasar penyebabnya
dapat diklasifikasikan menjadi empat, yaitu bencana geologi, bencana iklim,
bencana lingkungan, dan bencana sosial. Bencana geologi antara lain gempa bumi,
tsunami, letusan gunung berapi, dan tanah longsor. Bencana iklim antara lain
banjir, kekeringan, dan badai. Bencana lingkungan antara lain pencemaran
lingkungan (air, udara, tanah), eksploitasi sumber daya alam berlebihan
termasuk penjarahan hutan, alih fungsi lahan di kawasan lindung, penerapan
teknologi yang keliru, dan munculnya wabah penyakit. Bencana sosial antara lain
kehancuran budaya, budaya tidak peduli, KKN, politik tidak memihak rakyat,
perpindahan penduduk, kesenjangan sosial ekonomi budaya, konflik dan kerusuhan.
Banyak pihak telah mencoba menyusun siklus manajemen
dengan maksud dan tujuan agar mudah dipahami dan mudah diaplikasikan terutama
oleh masyarakat umum. Sebagai contoh pihak United Nation Development Program
(UNDP) dalam program pelatihan manajemen bencana yang diselenggarakan tahun
1995 dan 2003, menyusun siklus manajemen bencana dalam versi cukup sederhana.
UNDP membagi manajemen bencana menjadi empat tahapan besar. Tahap pertama
kesiapsiagaan (perencanaan siaga, peringatan dini), tahap kedua tanggap darurat
(kajian darurat, rencana operasional, bantuan darurat), tahap ketiga pasca
darurat (pemulihan, rehabilitasi, penuntasan, pembangunan kembali), tahap
keempat pencegahan dan mitigasi atau penjinakan.
Pengalaman menunjukkan, dari keempat tahap tersebut
justru tahap kedua yaitu tahap tanggap darurat yang selalu penuh "hiruk
pikuk" tetapi koordinasinya sangat lemah. Hal ini membuktikan bahwa
manakala bencana itu terjadi, penanganan bencana selalu dilakukan dalam suasana
kepanikan dan kebingungan. Pada saat tanggap darurat ini nampak ada yang
terkaget-kaget dan merasa kecolongan, ada yang serius, ada yang menjadi
"seksi repot", ada yang hanya menonton saja, bahkan ada yang
berpura-pura minta sumbangan tetapi untuk kepentingan pribadi.
Pada tahap ketiga, yaitu pasca darurat, nuansa
rehabilitasi dan rekonstruksi mulai berbau "proyek", banyak pihak
yang mencari kesempatan dalam kesempitan. Pada tahap keempat, yaitu pencegahan
dan mitigasi, semua pihak mulai melupakan peristiwa bencana yang lalu, hampir
semua tidak peduli lagi harus berbuat apa. Kembali ke tahap pertama, yaitu
kesiapsiagaan, bisa dipastikan semua pihak tidak siap dan tidak siaga, dan bila
terjadi bencana, kembali kecolongan, terkaget-kaget dan panik. Padahal
penanganan keempat tahap sejak kesiapsiagaan, tanggap darurat, pasca darurat,
pencegahan dan mitigasi masing-masing memiliki bobot keseriusan yang sama.
Cita-cita manajemen bencana berbasis masyarakat atau
community based disaster management sudah menjadi visi dari negara-negara maju
di muka bumi ini. Peristiwa bencana gempa dan tsunami di NAD juga membuka mata
dan hati kita betapa di muka bumi ini masih ada semangat perikemanusiaan dan
gotong royong membantu para korban. Berdasar fakta tersebut, merealisasikan
manajemen bencana berbasis masyarakat bukan hal yang mustahil, walaupun banyak
kendala dan hambatan yang harus bersama-sama kita hadapi.
Kelompok masyarakat sebagai pelaku utama manajemen
bencana ini harus dapat diupayakan dari tingkat yang paling kecil yaitu kelompok
Rukun Tetangga (RT), Rukun Warga (RW), dusun, kampung, sampai kelompok yang
lebih besar yaitu desa atau kelurahan, kecamatan, bahkan kota atau kabupaten.
Hal yang perlu dipersiapkan, diperhatikan dan
dilakukan bersama-sama oleh pemerintahan, swasta maupun masyarakat dalam
mitigasi bencana, antara lain:
1. Kebijakan
yang mengatur tentang pengelolaan kebencanaan atau mendukung usaha preventif
kebencanaan seperti kebijakan tataguna tanah agar tidak membangun di lokasi
yang rawan bencana.
2. Kelembagaan
pemerintah yang menangani kebencanaan, yang kegiatannya mulai dari identifikasi
daerah rawan bencana, penghitungan perkiraan dampak yang ditimbulkan oleh
bencana, perencanaan penanggulangan bencana, hingga penyelenggaraan
kegiatan-kegiatan yang sifatnya preventif kebencanaan.
3. Indentifikasi
lembaga-lembaga yang muncul dari inisiatif masyarakat yang sifatnya menangani
kebencanaan, agar dapat terwujud koordinasi kerja yang baik.
4. Pelaksanaan
program atau tindakan ril dari pemerintah yang merupakan pelaksanaan dari kebijakan
yang ada, yang bersifat preventif kebencanaan.
5. Meningkatkan
pengetahuan pada masyarakat tentang ciri-ciri alam setempat yang memberikan
indikasi akan adanya ancaman bencana.
Tujuan
dari manajemen bencana berbasis masyarakat adalah :
- Meningkatkan kesadaran dan kesiap-siagaan masyarakat, terutama pada daerah-daerah yang rawan bencana
- Memperkenalkan cara membuat peta bahaya setempat
- Memperkuat kemampuan masyarakat dalam menanggulangi bencana dengan menjalin kerja sama dengan pihak-pihak terkait
- Mengembangkan organisasi bencana di daerah
- Memperkaya pengetahuan masyarakat dengan pendidikan tentang bencana
- Mempertinggi kesadaran masyarakat akan lingkungan hidup
DESERTIFIKASI
1.
Definisi
Desertifikasi
Desertifikasi
adalah persisten degradasi dari ekosistem lahan kering dengan variasi
iklim dan aktivitas manusia. Home untuk sepertiga dari populasi manusia pada
tahun 2000, lahan kering menempati hampir setengah dari luas daratan bumi. Di
seluruh dunia, penggurunan mempengaruhi mata pencaharian jutaan orang yang bergantung
pada ekosistem lahan kering manfaat yang dapat menyediakan.
Desertifikasi terjadi sebagai hasil dari kegagalan
jangka panjang untuk menyeimbangkan kebutuhan manusia untuk jasa ekosistem dan
jumlah ekosistem dapat pasokan. Tekanan meningkat pada ekosistem lahan kering
untuk menyediakan jasa seperti makanan, pakan, bahan bakar, bahan bangunan, dan
air yang diperlukan bagi manusia, ternak, irigasi, dan sanitasi. Kenaikan ini
disebabkan oleh kombinasi faktor manusia (seperti tekanan penduduk dan lahan
pola) dan faktor iklim (seperti kekeringan). Sementara interaksi global dan
regional faktor-faktor ini sangat kompleks, adalah mungkin untuk memahaminya
pada skala lokal.
Desertifikasi adalah proses yang mengubah produktif
menjadi gurun non-produktif akibat buruk pengelolaan lahan-. Desertifikasi
terjadi terutama di daerah semi-kering (curah hujan tahunan rata-rata kurang
dari 600 mm) berbatasan dengan gurun. Di Sahel, (yang gersang daerah
selatan-semi Gurun Sahara), misalnya, gurun bergerak ke selatan 100 km antara
tahun 1950 dan 1975.
Desertifikasi merupakan salah satu masalah yang
paling mengkhawatirkan di dunia lingkungan global. Ini terjadi di seluruh dunia
pada lahan kering . Setidaknya 90% dari penduduk lahan kering tinggal di negara
berkembang dan mereka menderita kondisi ekonomi dan sosial termiskin. Lahan
kering menempati 41% dari luas daratan bumi dan adalah rumah bagi lebih dari 2
miliar orang. Telah diperkirakan bahwa sekitar 10-20% dari lahan kering sudah
terdegradasi , luas areal dipengaruhi oleh penggurunan menjadi antara 6 dan 12
juta kilometer persegi, bahwa sekitar 1-6% dari penduduk hidup di daerah lahan
kering desertified, dan bahwa miliar orang berada di bawah ancaman dari
penggurunan lebih lanjut.
Desertifikasi merupakan fenomena bersejarah; gurun
besar dunia terbentuk oleh proses alam berinteraksi selama selang waktu yang
lama. Selama sebagian besar kali, padang
pasir telah tumbuh dan menyusut independen dari aktivitas manusia. Paleodeserts
yang besar lautan pasir sekarang tidak aktif karena mereka stabil oleh
vegetasi, beberapa memperluas luar margin sekarang gurun inti, seperti Sahara .
Desertifikasi mengacu pada baik penyebaran gurun
saat ini dan degradasi tanah di daerah curah hujan rendah. Hal ini disebabkan
oleh faktor alam, seperti kekeringan, dan faktor manusia, seperti berlebihan.
Sebuah iklim dengan variasi suhu harian besar, angin kencang dan curah hujan
intermittent namun intens membuat tanah rapuh rentan terhadap erosi dan
penggurunan.
Kebutuhan manusia meningkatkan menyebabkan
penggurunan melalui overcultivation, berlebihan, penggundulan hutan dan
manajemen air yang buruk. Makan hewan dan kerusakan kayu bakar koleksi vegetasi
memegang tanah bersama-sama. Tanah dipadatkan dengan keras binatang berkaki
kurang mampu menyerap hujan ketika hal itu jatuh dan mudah terkikis oleh air
dan angin. Memotong pohon-pohon untuk kayu bakar daun unshaded tanah, yang
menyebabkan peningkatan suhu tanah dan dalam tingkat penguapan yang menarik
garam ke permukaan. Hal ini semakin mengurangi pertumbuhan tanaman. Tuntutan
tinggi permukaan terbatas dan cadangan air tanah yang berlebihan dan mengarah
ke salinasi lebih lanjut.
2.
Penyebab
Desertifikasi
Penggembalaan adalah penyebab utama dari penggurunan
di seluruh dunia. Tanaman daerah semi-kering yang disesuaikan untuk dimakan
oleh jarang tersebar, penggembalaan mamalia, besar yang bergerak dalam
menanggapi curah hujan merata umum untuk daerah ini. Awal manusia penggembala
yang tinggal di daerah semi-kering disalin sistem alam. Mereka pindah
kelompok-kelompok kecil mereka hewan domestik dalam menanggapi ketersediaan
pangan dan air. pergerakan saham biasa tersebut dicegah berlebihan dari tanaman
penutup rapuh.
3.
Dampak
Desertifikasi
Desertifikasi mengurangi kemampuan tanah untuk
mendukung kehidupan, mempengaruhi spesies liar, hewan domestik, tanaman
pertanian dan orang-orang. Penurunan di cover pabrik yang menyertai penggurunan
mengarah ke erosi tanah dipercepat oleh angin dan air. Afrika Selatan
kehilangan sekitar 3-400 ton lapisan atas tanah setiap tahun. Sebagai penutup
vegetasi dan lapisan tanah berkurang, hujan dampak drop dan-off meningkatkan
dijalankan.
Air hilang dari tanah bukan perendaman ke dalam
tanah untuk memberikan kelembaban bagi tanaman. Bahkan lama-hidup tanaman yang
biasanya akan bertahan mati kekeringan. Penurunan pada tanaman penutup juga
menghasilkan pengurangan jumlah humus dan nutrisi tanaman dalam tanah, dan
produksi tanaman menurun lebih lanjut. Sebagai penutup tanaman pelindung
menghilang, banjir menjadi lebih sering dan lebih parah. Desertifikasi adalah
memperkuat diri, yaitu satu kali proses dimulai, kondisi yang ditetapkan untuk
penurunan terus-menerus.
Dampak utama dari penggurunan berkurang
keanekaragaman hayati dan berkurang kapasitas produktif , misalnya, dengan
transisi dari tanah didominasi oleh shrublands untuk non-pribumi padang rumput. Sebagai
contoh, di daerah semi-kering California
selatan, banyak semak pesisir bijak dan kaparal ekosistem telah digantikan oleh
non-pribumi, rumput invasif karena pemendekan interval membalas tembakan. Dalam
Madagaskar 's dataran tinggi pusat dataran tinggi, 10% dari seluruh negara
telah desertified karena memangkas dan membakar pertanian oleh masyarakat adat.
4.
Langkah
Antisipasi
·
Untuk menghentikan
penggurunan jumlah hewan di tanah harus dikurangi, memungkinkan tanaman untuk
tumbuh kembali. kondisi tanah harus dibuat menguntungkan bagi pertumbuhan
tanaman dengan, misalnya, mulsa. Mulsa (lapisan jerami, daun atau serbuk
gergaji yang meliputi tanah) mengurangi penguapan, menekan pertumbuhan gulma, memperkaya
tanah seperti membusuk, dan mencegah dan karenanya limpasan erosi. Reseeding
mungkin diperlukan di daerah yang rusak parah. Mulsa dan reseeding adalah
praktek mahal. Namun, pendekatan realistis skala besar hanya untuk mencegah
penggurunan melalui pengelolaan lahan yang baik di daerah semi-kering.
·
Lahan kering sangat
rentan karena variabilitas iklim dan tekanan manusia. Kerusakan penutup tanah
dan tanaman telah mempengaruhi 70% dari lahan kering di dunia. Selain itu,
negara-negara dan orang-orang yang paling terpengaruh oleh penggurunan
seringkali mereka dengan sumber daya yang sedikit. Namun adalah mungkin untuk
memerangi penggurunan oleh lestari mengelola lahan kering, merehabilitasi areal
yang rusak, dan dengan mendidik pemuda.
·
Memulihkan dan pupuk
tanah, cara mudah dan murah untuk menyuburkan tanah adalah untuk mempersiapkan
kompos, yang akan menjadi humus dan akan diperbarui tanah dengan bahan organik.
·
Mengatasi dampak dari
angin dengan membangun hambatan dan menstabilkan bukit pasir dengan spesies
tanaman lokal.
·
Reboisasi, pohon
memainkan beberapa peran: mereka membantu memperbaiki tanah, bertindak sebagai
pemutus angin, meningkatkan kesuburan tanah, dan membantu menyerap air saat
hujan deras. Karena pembakaran lahan dan hutan meningkatkan gas rumah kaca
berbahaya, aforestasi - penanaman pohon baru - dapat membantu mengurangi dampak
negatif akibat perubahan iklim.
·
Mengembangkan
praktek-praktek pertanian berkelanjutan, lahan kering adalah rumah bagi
berbagai macam spesies, yang dapat produk komersial juga becomeimportant:
misalnya, mereka memberikan 1 / 3 dari tanaman obat yang diturunkan di Amerika
Serikat. Pertanian keanekaragaman hayati harus dilestarikan. Tanah eksploitasi
berlebihan harus dihentikan dengan meninggalkan 'bernafas' tanah selama periode
tertentu-waktu, dengan budidaya tidak, atau penggembalaan ternak.
·
Tradisional gaya hidup, gaya
hidup tradisional seperti yang dipraktikkan di zona kering banyak menawarkan
contoh-contoh hidup harmonis dengan lingkungan. Di masa lalu, nomadisme
terutama disesuaikan dengan kondisi lahan kering; bergerak dari satu danau ke
yang lain, tidak pernah tinggal di tanah yang sama, masyarakat pastoral tidak
mengerahkan banyak tekanan pada lingkungan. Namun, perubahan gaya hidup dan pertumbuhan populasi menempatkan
meningkatkan tekanan terhadap sumber daya yang langka dan lingkungan yang
rentan. Jalan Sutra di Asia dan rute Trans-Sahara di Afrika adalah contoh yang
baik dari pertukaran ekonomi dan budaya yang kuat yang dikembangkan oleh
masyarakat nomaden.
DAFTAR PUSTAKA
Pusat Penanggulangan Krisis (SETJEN – DEPKES)
Manajemen Bencana Berbasis
Masyarakat: Hertanto,Heka. Media Indonesia ;2009
Modul ITB Strategi Hidup Wilayah
Berpotensi Bencana: A.Sadisun,Imam
Modul 2.1 Perencanaan &
Paradigma Management Bencana: Jonatan Lassa ;2007
Manajemen Bencana seputar bencana di
Indonesia:
Teguh Paripurno,eka ;2010.
Sumber dari Internet: http://id.shvoong.com/exact-sciences/earth-sciences/1932953-manajemen-bencana/#ixzz1M6b10COyDi-copas tanpa ijin dari https://maysandi.blogspot.co.id/2012/04/manajemen-bencanamanajemen-bencana.html (mohon maaf)
Langganan:
Postingan (Atom)